West Java Eco Marathon 2017: 4 Jam Perjalanan untuk Lari Setengah Jam
Karena punya anak bayi yang sering bangun pada waktu-waktu yang tidak biasanya orang dewasa terbangun, tuntutan untuk bangun subuh-pun tidak jadi masalah karena sudah terbiasa. Pagi itu saya minta tolong istri untuk membangunkan saya sebelum adzan subuh, ya sekitar pukul 4:00. Kategori 5K dijadwalkan start pukul 7:00, tapi saya ingin pukul 6:30 sudah ada di race village. West Java Eco Marathon (WJEM) 2017 ini digelar di Pangalengan, Kabupaten Bandung, sekitar 60KM ke arah Selatan dari Dago tempat saya tinggal. Dengan perkiraan perjalanan 2 jam, maka saya harus sudah berangkat pukul 4:30. Jadi pukul 4:00 saya sudah harus mandi dan siap-siap shalat subuh.
Keputusan yang sedikit nekad sebetulnya, mengingat saya akan menempuh perjalanan cukup lama untuk hanya berlari selama sekitar 30 menit, dengan membayar sejumlah uang pula. Panitia sebetulnya sudah mempersiapkan shuttle bus yang akan mengantar peserta menuju lokasi start dengan titik kumpul di Gedung Sate, waktu berangkat pukul 1:00. Belum lagi waktu kembali ke Bandungnya yang pukul 15:00, saya harus menunggu terlalu lama.
Berbekal rute dari Google Maps, saya berkendara dengan kondisi sekitar masih gelap-gulita. Sempat beberapa kali terlewat atau salah mengambil belokan, akhirnya masuk Jalan Raya Pangalengan sekitar pukul 5:00. Dan udara dingin mulai menyergap, untung saya pakai beberapa lapis pakaian dan celana. Tidak sampai 15 menit pernyataan tadi harus saya tarik kembali, ternyata baselayer tangan panjang + jersey + jaket yang dipadukan dengan compression + celana panjang tidak mampu menahan udara dingin Pangalengan pagi itu, hasilnya bisa ditebak, setiap ada kesempatan untuk buang air kecil saya langsung manfaatkan.
Ternyata pukul 6:00 saya sudah sampai di lokasi, perjalanan menggunakan motor lebih cepat daripada menggunakan mobil (default Google Maps). Ternyata memungkinkan untuk ikut 10K yang start 6:30, kalau saja sebelumnya saya tahu perjalanan akan lebih cepat dari perkiraan. Begitu sampai di race village, tangan saya mati rasa, hampir tidak bisa digerakan. Udaranya dingin luar biasa, 16°C. Untung punya waktu hampir satu jam untuk pemanasan dan menikmati sarapan yang sudah disiapkan istri. Panitia juga menyediakan sarapan, bahagia sekali ketika saya lihat booth teh manis panas yang bisa diambil semau kita sebanyak apapun.
Tidak lama setelah peserta 10K start, peserta 5K menyusul, pukul 7:00 kurang sedikit lah. Beberapa ratus meter pertama melewati jalanan aspal dan langsung berbelok ke kebun teh. Peserta harus berlari di jalan setapak di tengah-tengah kebun teh, kadang tanah merah, kadang ada rumput yang menutupi, kadang juga akar pohon yang lumayan besar, pantas saja panitia sejak jauh-jauh hari mengingatkan peserta untuk menggunakan sepatu berprofil karena medan race akan sangat varitif. Pemandangannya? Jangan ditanya!
Memasuki kilometer 1 ada satu tanjakan yang cukup curam, saya memutuskan untuk berjalan kaki karena takut cidera, dilanjutkan dengan turunan yang landai sampai memasuki water station (WS) pertama di kilometer 2. Ada hiburan dari warga sekitar yang menyajikan tatabeuhan dan penari jaipong sebelum WS pertama tadi. Dari kilometer 2 sampai dengan kilometer 3 peserta disuguhi pemandangan yang breathtaking, literally karena kemudian harus melahap tanjakan yang cukup panjang untuk kembali menyebrang jalanan aspal dan masuk ke area kebun teh lagi. Checkpoint ada di kilometer 4 beserta entah WS yang keberapa, pujian untuk panitia karena WS ada di hampir setiap kilometer.
Akhirnya finish di 37an menit. Pace kacau karena shock dengan medan yang naik-turun. Tumpukan jerami di jalur juga memberikan efek membal saat diinjak, saya harus lebih hati-hati ketika menuruni turunan dengan injakan seperti itu, kaki cenderung membal liar sehingga keseimbangan akan terganggu, potensi jatuh.
Sempat dibuat sedikit pesimis kepada panitia penyelenggara karena dua hari sebelumnya saat racepack collection (RPC) mereka memundurkan waktu pengambilan menjadi pukul 12:00 dengan mendadak dan tanpa pemberitahuan sebelumnya, awalnya RPC dijadwalkan pada pukul 10:00, alhasil saya menunggu sampai pukul 13:00 karena ternyata racepack belum juga datang di lokasi.
Meski begitu, pujian pantas diberikan kepada panitia atas beberapa hal yang menurut saya cukup memuaskan dan membuat kami para peserta senang:
- Lokasi penyelenggaraan di tengah kebun teh dan situ patenggang, udara sejuk dengan pemandangan luar biasa, pengalaman maraton yang tidak biasa.
- Tepat waktu, rasa pesimis saya saat RPC ternyata tidak terbukti, hari-H penyelenggaraan panitia bekerja cukup baik menjaga waktu agar sesuai dengan jadwal.
- Refreshment yang melimpah, bukan hanya pisang panitia juga menyediakan kudapan tradisional seperti aliagrem, bugis, singkong, teh manis/pahit, dan tentu saja susu murni khas Pangalengan.
- Marshall ada di setiap beberapa ratus meter, belum lagi baligho dan penanda rute, lebih dari cukup, peserta tidak kebingungan.
- WS yang banyak, walaupun disebutkan bahwa peserta harus membawa tempat minumnya sendiri, ternyata panitia juga menyediakan air mineral untuk yang tidak membawa botol.
Saya merasa masih ada beberapa kekurangan yang bisa diperbaiki mengingat WJEM ini akan rutin diselenggarakan setiap tahunnya di tempat yang berbeda, panitia dapat mempertimbangkan untuk:
- Menyediakan pasokan air mineral di race vilage, karena yang tersedia saat itu hanya air teh dan isotonik.
- Menyediakan shuttle yang lebih akhir (perginya) dan awal (pulangnya) untuk peserta 5K dan 10K yang COTnya jauh di bawah HM dan FM.
- Promosi dan publikasi yang lebih luas, sebagai gambaran kategori FM Bandung Marathon 2017 diikuti 800an peserta, WJEM 2017 ini hanya diikuti sekitar 100 peserta. Padahal dilihat dari kesiapan panitia, mereka sangat siap untuk diikuti peserta lebih banyak.
- Sterilisasi akses masuk ke race village. Sekitar satu jam setelah saya finish, RV diserbu warga yang hendak berolahraga dan menonton pertunjukan yang disiapkan panitia.
Well, karena sudah puas menikmati pemandangan Pangalengan dan perut mulai lapar, saya putuskan untuk pulang sekitar pukul 9:00 lebih. Sampai di Bandung kurang lebih dua setengah jam kemudian. Macet dan panas, siapapun yang sering melahap lalu-lintas Bandung Selatan pasti hafal seperti apa keadaan Banjaran dan Bale Endah siang hari. Secara keseluruhan saya senang bisa ikut serta maraton unik ini, dan kalau saja kelak seri WJEM ini diadakan lagi, saya dengan senang hati akan mempertimbangkan untuk ikut serta. Semoga lain kesempatan hotel dekat loaksi tidak fullbook, dan saya bisa menghindari empat jam perjalanan pulang-pergi ke lokasi hanya untuk berlari 30an menit.