Jurnal #0002 Karakter
Bandung, 24 Desember 2020. Hari ini rencananya akan berfoto keluarga bersama keluarga kecil saya, Ibu dan Kinanti. Atas permintaan Ibu, semua harus pakai baju garis-garis. Jadi beli-lah baju garis-garis di Tokped, beli baju aja online ya, saya beli meja juga juga online. Semua online kayanya sekarang mah. Mejanya dibelikan Ibu, hadiah ulang tahun katanya, masih bulan depan padahal. Tapi terima kasih banyak loh, sangat membantu, buat kerja, buat maen game. Ini fotonya, ada Kinanti lagi teriak-teriak di kursi yang juga baru dibeli:

Iya, saya mulai bermain game lagi. Ternyata mudah sekali mencandu game ya. Tiga game yang saya mainkan akhir-akhir ini: Clash of Clan (ini udah lama banget ga dimaenin, eh malah diinstall lagi di HP, jadi weh kecanduan lagi), Call of Duty Mobile (ini gara-gara maen PUBG, sekilas lebih menyenangkan karena pilihan arsenalnya banyak banget dan keren grafisnya), Players Unknown Battleground atau PUBG Mobile (gara-gara adik ipar yang nyuruh install, jadi weh ikut maen). Game mobile ini lebih adiktif loh, karena lebih mudah dimainkan, orang HPnya selalu dipegang. The temptation to play is hella high!
Kemudian mulai browsing gaming rig. Makin jarang olahraga kalau hobby udah bergeser begini. Not good.
Saya mau bercerita soal hari kemarin yang sangat melelahkan, pikiran terutama, mental. Ada beberapa kebijakan yang diambil pimpinan dan pimpinannya pimpinan di kantor yang harus diterima dengan berat hati. Ternyata yang paling sulit dari pekerjaan mengurusi sumber daya manusia adalah menguatkan diri sendiri dari keputusan-keputusan yang berpengaruh kepada banyak orang, terutama menyangkut hajat hidup mereka. Administratif mudah, justru menghadapi efek psikologisnya yang sulit. Sesuatu yang mungkin hanya bisa dipelajari dengan pengalaman, tanpa mengesampingkan ilmu psikologis ya, tapi yang seperti ini memang tumbuh dengan sendirinya setelah berjibaku dengan lebih banyak orang dengan persepsinya masing-masing dengan karakternya masing-masing.
Karakter, sesuatu yang melekat dalam sebuah objek, hidup maupun benda mati. Bahkan sesuatu yang virtual pun punya karakter. Sesuatu yang tidak kasat mata, misalnya musik, musik juga punya karakter. Apakah bisa berubah? Bisa. Musik Coldplay misalnya, karakternya berubah-ubah seiring perkembangan selera musik masing-masing personil. Tapi ada yang juga tetap, Motorhead misalnya, ya musiknya begitu terus karakternya. Karakter ternyata pilihan ya, tebakan saya seperti itu. Jadi manusia juga mungkin bisa memilih karakternya masing-masing dan berubah di tengah-tengah. Mungkin saja ya.
Sudah hampir akhir tahun, sedikit yang bisa dijadikan pelajaran di tahun ini adalah tidak selamanya yang tidak bising itu tidak meledak. Kadang ledakannya lebih mengejutkan.