Terlalu London

Kurang lebih ini pukul empat pagi, di kota asalku kebanyakan orang baru akan mulai membuka hari. Terbangun dari tidurnya, bersiap melangkahkan kaki mencari istilahnya sesuap nasi. Padahal tidak semuanya hanya dapat sesuap. Tidak semuanya juga bangun sepagi ini, aku hanya anggap ini akan bagus sebagai pembuka sebuah cerita. Walaupun ternyata seadanya. Tapi ini London, di sini beda, banyak orang baru memejamkan mata pukul empat pagi, apalagi ini akhir pekan. Kapan mereka tidur? James, kenalanku dari Yorkshire yang sekolah di London sini pernah bilang, “Hidup terlalu pendek untuk dihabiskan dengan tertidur”. James tinggal di London terlalu lama atau dia terlalu sering menonton 007, entahlah. Ya, London ini serba terlalu. Aku terlalu tua datang ke sini, dan terlalu sebentar. London terlalu sempurna untuk imajinasiku. Terlalu jauh. Terlalu banyak yang aku sukai datangnya dari sini. Terlalu setia aku mencintai kota yang tidak pernah dapat aku rasakan cintanya. Ini terlalu jauh, mari kita kembali ke seberang perempatan Coburg di mana orang-orang muda baru saja keluar dari Bree Louise. Mereka tampak bahagia. Meskipun beberapa tergeletak tak sadar dia di mana, dan lihatlah ke arah Euston sana, dua gadis muda itu sedang buang air kecil sambil berdiri di trotoar. Oh, mereka tertawa. Tertawa tanda bahagia, bukan?…

View the article
@