Sebetulnya bukan sebuah budaya Sunda juga makan di atas daun pisang, karena kebanyakan dari kami sehari-harinya memang makan di atas piring seperti biasa. Sepengetahuan saya makan di atas daun pisang itu menjadi kebiasaan para petani priangan yang sering nimbel (timbel, membungkus makanan dengan daun pisang). Nimbel ini gunanya agar nasi tetap hangat dan fresh ketika dibawa ke ladang atau ke sawah untuk makan siang. Di beberapa restoran masakan sunda juga banyak ditemui nasi yang dibungkus dengan daun pisang. Tapi tetap diberi piring sebagai alasnya. Di Alas Daun ini, seperti namanya, kita ditawarkan untuk makan dengan alas hanya daun pisang, tanpa piring. Jadi di atas meja, diberi daun pisang yang sudah dibakar sebentar (ini ada istilahnya tapi saya lupa), kemudian nasi dan lauknya disimpan di atas daun tadi, alas daun. Akhir pekan lalu saya dan keluarga kembali ke Alas Daun untuk kesekian kalinya. Seperti biasa, setelah ditunjukan meja dan mendapat nomor meja, kami diarahkan untuk menuju meja berisi beragam pilihan menu yang bisa kita pilih. Ragam sajian itu kemudian dimasak, kalau belum matang, atau cukup dipanaskan untuk hidangan yang sudah matang. Ada macam-macam ikan air tawar, daging ayam, cumi, udang, yang bisa dibakar maupun digoreng. Ada juga gepuk, babat, dan beberapa…

View the article
@