Ini sore. Kita suka sore.
Kau kenal apa yang aku sukai? Kau kenal banyak rupanya. Kau mengerti ketika sedang berhadapan dengan banyak hal yang aku sebut masalah, aku hanya butuh kesabaranmu menunggu sampai semua itu dapat dilewati. Senyuman, juga keberadaanmu, tentu saja akan menambah banyak dorongan kepada prosesnya itu sendiri.
Selalu seperti itu, satu gelas teh panas dan satu botol air mineral menemani santap sore kita. Kali ini, kau beranikan diri menahan bungkus rokokku di dalam tas.
O, jadi itu rupanya, alasan kenapa kau mau bawakan bungkus rokok serta pematik dan menyimpannya di tasmu.
Nanti, tunggu selesai makan saja.
Baiklah.
Aku mulai bercerita, dan kau mulai memasang raut wajah dengar andalanmu. Raut yang akan membuat aku ingin segera menyelesaikan topik apapun yang sedang kita bicarakan dan beralih mulai memuji kecantikanmu. Cerita berlanjut. Makanan datang. Cerita berhenti. Kita berdua menikmati satu mangkuk besar hidangan Thailand yang entah apa namanya.
Sepuluh tahun yang akan datang, dengan siapapun kau menikah, kau akan bercerita tentang sore ini kepada anak-anakmu.
Tentu saja, ini tidak mudah untuk dilupakan.
Dan hela nafas itu, hela nafas yang kita sepakati bahwa siapapun dari kita yang pernah jatuh cinta pernah merasakannya, membuat waktu berjalan terlalu pelan. Kita, menikmatinya.
Teruskan ceritamu.
Cerita apa?
Itu tadi kesulitanmu.
Lupa.
Lupa?
Lupa.
Selesai?
Aku anggap selesai.
Harus diselesaikan.
Sekarang, tidak lama lagi.
Kita berjalan menuju parkiran. Tangan kita saling melingkari pinggang. Kita bahagia.
Ini yang orang sebut bahagia?
Kita, tinggalkan orang lain untuk diri mereka sendiri.