Mendengarkan: Charlotte Cardin
Saat Review Bastard masih aktif, saya sering kali memperkenalkan musisi-musisi asal Kanada di blog tersebut. Dua tahun terakhir saya memang tidak mendengarkan banyak musisi baru, sampai Spotify masuk Indonesia. Charlotte Cardin adalah salah satu singer-songwriter Kanada yang saya temukan melalui Spotify.
Memulai karirnya sebagai seorang model, Charlotte ternyata menyukai seni tarik suara sejak kecil berkat sang Ibu yang terus mendorong dia dan kakak perempuannya untuk mengikuti les musik. Dalam wawancaranya dengan MySpace, gadis asal Montreal – Kanada ini mengaku belajar menyanyi sejak umur 8 tahun dan langsung jatuh cinta dengan kesenian ini. Sepuluh tahun Charlotte hanya bernyanyi untuk menyalurkan hobinya saja, sampai dia mengikuti sebuah kompetisi menyanyi La Voix atau The Voice versi Perancis yang juga ditayangkan di Kanada pada tahun 2013 lalu.
Charlotte mengaku banyak sekali pengalaman yang didapat dari mengikuti acara adu bakat tersebut. Dia lantas mulai menulis beberapa lagu dan mulai lebih dalam lagi dalam membuat musiknya sendiri.
Berbekal pengalaman tersebut, sekembalinya Charlotte ke Kanada jadi titik awalnya untuk mulai menekuni musik sebagai karirnya. Album pertamanya diberi judul Big Boy, dirilis awal tahun 2016 ini. Debut berisi 6 lagu studio dan 2 lagu konser bisa ditemukan di iTunes dan bisa didengarkan melalui Soundcloud player yang saya sertakan dalam post ini juga tentu saja melalui Spotify. Klip terbarunya untuk track Like It Doesn’t Hurt bisa ditonton di akhir post ini.
Selain Like It Doesn’t Hurt yang jadi single andalan sekaligus favorit saya, ada Les échardes yang berbahasa Perancis yang patut dicoba untuk dinikmati. Big Boy juga enak untuk didengarkan. Nuansa Amy Winehouse sedikit terasa dalam karya-karya Charlotte, dalam beberapa kesempatan dia mengutarakan kekagumannya akan sosok Amy.
Blog musik Crack In The Road menyebut Charlotte sebagai most emerging artist of the year dan saya enggan untuk menyangkalnya.