Makan Malam di Sagoo Kitchen 23 Paskal
Main di mall itu tidak bisa dipungkiri, enak. Adem, AC di mana-mana. Mau makan banyak pilihan, mau ngajakin anak main tinggal bawa ke Playground.
Tapi kadang kalau sedang di mall juga suka bingung mau makan apa, karena kebanyakan pilihannya. Makin bingung lagi kalau mampir ke Sagoo Kitchen, karena menunya banyak pilihan.

Sagoo ini ada di hampir setiap mall di Bandung, seingat saya. Ada juga yang merupakan resto terpisah di luar mall, di Trunojoyo misalnya. Sagoo Kitchen dan kopi Lay, dua ini selalu berdampingan, bersama. Yang satu menawarkan makanan khas peranakan (Asia Tenggara), satu lagi kopi dan macam-macam roti.
Malam kemarin kami bertiga makan malam di Sagoo Kitchen di 23 Paskal Bandung. Letaknya di lantai 3, atau malah lantai 2 ya? Lantai 3 kalau lantai dasar digitung sebagai lantai 1. Pokoknya dia ada satu lantai dengan Miniapolis dan Blitz.

Ketika disodori menu, perhatian saya langsung tertuju kepada Kwetiaw (mereka menyebutnya Kway Teow) Siam. Kenapa? Karena terlihat seperti capcay, dengan mie (atau malah so’un?) kering di sebelahnya, kwetiawnya malah tidak terlihat. Sajiannya menarik, sangat menarik. Jadi penasaran sama rasanya, oke, pesen satu porsi.
Ketika makanannya datang, ternyata porsinya gede! Untung ga jadi pesen nasi. Tapi ekspektasi saya terhadap hidangannya terlampaui jauh. Hidangan ini selain menarik juga enak banget. Kwetiawnya ternyata tersembunyi di layer paling bawah, kemudian ditutupi sebagian oleh so’un kering tadi di satu sisi, dan capcay kuah di sisi lainnya. Ini adalah sajian khas Thailand, SIam itu nama negara Thailand sebelum jadi Thailand seperti sekarang. Catatan untuk hidangan Kway Teow Siam ini adalah: porsinya besar, tampilannya menarik, dan rasanya enak.
Kwetiawnya lembut, tidak terlalu kenyal namun masih ada sesuatu untuk dikunyah. Capcaynya enak, isinya macam-macam sayuran, jamur dan daging ayam juga bakso ikan. Kuahnya creamy, tidak terlalu cair, cocok banget kalau makan hidangan ini pakai sumpit. So’un gorengnya jadi lembut ketika terkena siraman kuah capcay, namun karena hanya tersiram sebagian, maka masih tersisa banyak so’un keringnya. Enak.

Hidangan kedua yang saya coba adalah Tahu Pong. Ini adalah hidangan khas Tionghoa yang dikenal juga merupakan makanan khas Semarang. Tahu Pong ini diambil dari goreng tahunya yang tidak padat, melainkan kopong.
Tahu Pong di Sagoo disajikan dengan rempeyek udang dan telur rebus yang dibelah jadi dua. Semuanya kemudian disiram oleh semacam kuah cuka yang rasanya asam dan sedikit pedas. Mirip-mirip dengan kuah pempek, namun tidak terasa gurih. Kuahnya juga sangat cair.
Hidangan ini juga enak, saya biasanya membelah dulu tahu-tahunya agar cukanya menyerap sebelaum dimakan. Telur rebusnya juga ternyata digoreng kembali setelah matang, jadi lapisan luarnya sedikit kering.

Karena berada di dalam mall, dan merupakan brand lama yang cukup dikenal, makan di Sagoo akan menghabiskan cukup banyak uang. Harga satu porsi Kway Teow Siam contohnya, adalah sekitar Rp. 65.000,- sementara satu porsi Tahu Pong bisa ditebus dengan harga sekitar Rp. 35.000,-.