Dibungkus: Roti Toko Sidodadi

Sebagian orang menyukai roti yang tebal dan besar dengan tekstur yang lembut seperti yang kita temui di brand-brand roti besar di mall. Ami (istri saya) lebih menyukai roti yang padat dengan tekstur khas, seperti roti yang dijual di Toko Sidodadi yang tadi pagi kami bungkus untuk bahan cemilan di rumah neneknya Kinanti.
Belanja di Toko Sidodadi memang harus pagi, jam 10 toko buka dan sudah ada antrian di sana. Siang sedikit, tidak banyak pilihan yang disediakan karena habis.

Roti di sini boleh dibilang legendaris, silahkan tanya orang tua atau bahkan silahkan tanya kakek/nenek yang tinggal atau pernah tinggal di Bandung. Kemungkinan besar beliau pernah setidaknya mendengar tentang toko ini. Beberapa tempat di sekitar Alun-alun Bandung memang sudah ada sejak tiga atau empat generasi sebelumnya. Seperti yang sudah pernah saya sampaikan dalam Sarapan di Bandung: Kopi Purnama. Atau Kopi Aroma yang insya Allah saya bahas di lain hari.
Roti Toko Sidodadi memiliki tekstur yang khas, padat, tapi tetap lembut di mulut. Rotinya tidak “hampos” seperti roti mall. Lalu untuk isiannya, sepertinya mereka menggunakan selai dengan bahan dasar buah asli. Contohnya roti nanas kesukaan Ami, selai nanasnya berserat, dan terasa seperti nanas asli dengan tambahan gula yang tidak banyak. Lagi-lagi, berbeda dengan roti mall yang selainya terasa artifikal, mungkin karena bahan dasarnya hanya perisa buah. Belum lagi rasa manisnya yang “giung”.
Satu roti besar biasanya berkisar di harga Rp. 18.000,- sementara roti kecil seharga Rp. 4.000,- tergantung isiannya memang, tapi sepertinya tidak jauh ya.
Konsistensi rasa roti Toko Sidodadi juga menjadi nilai tambah bagi para pelanggannya. Beberapa warga senior yang sama-sama belanja tadi pagi sempat berbincang dengan saya, mereka setuju ketika salah satunya menyebutkan roti di sini selalu terasa sama. Salah satu dari mereka menyebutkan bahwa sudah jadi pelanggan sejak orang tua mereka sering mengajak belanja roti di sini.
Toko Sidodadi terletak di Jl. Otto Iskandar Dinata nomor 255. Kalau kita datang dari arah Pasar Baru, lokasinya terletak setelah perempatan Kepatihan, sejajar dengan toko emas Eropa. Meskipun di pinggir jalan, lokasi toko seringkali luput dari pandangan karena terhalang kendaraan yang parkir atau berhenti di depan toko.