Main di mall itu tidak bisa dipungkiri, enak. Adem, AC di mana-mana. Mau makan banyak pilihan, mau ngajakin anak main tinggal bawa ke Playground. Tapi kadang kalau sedang di mall juga suka bingung mau makan apa, karena kebanyakan pilihannya. Makin bingung lagi kalau mampir ke Sagoo Kitchen, karena menunya banyak pilihan. Sagoo ini ada di hampir setiap mall di Bandung, seingat saya. Ada juga yang merupakan resto terpisah di luar mall, di Trunojoyo misalnya. Sagoo Kitchen dan kopi Lay, dua ini selalu berdampingan, bersama. Yang satu menawarkan makanan khas peranakan (Asia Tenggara), satu lagi kopi dan macam-macam roti. Malam kemarin kami bertiga makan malam di Sagoo Kitchen di 23 Paskal Bandung. Letaknya di lantai 3, atau malah lantai 2 ya? Lantai 3 kalau lantai dasar digitung sebagai lantai 1. Pokoknya dia ada satu lantai dengan Miniapolis dan Blitz. Ketika disodori menu, perhatian saya langsung tertuju kepada Kwetiaw (mereka menyebutnya Kway Teow) Siam. Kenapa? Karena terlihat seperti capcay, dengan mie (atau malah so’un?) kering di sebelahnya, kwetiawnya malah tidak terlihat. Sajiannya menarik, sangat menarik. Jadi penasaran sama rasanya, oke, pesen satu porsi. Ketika makanannya datang, ternyata porsinya gede! Untung ga jadi pesen nasi. Tapi ekspektasi saya terhadap hidangannya terlampaui jauh. Hidangan…

View the article

Terakhir kali saya membeli kamera adalah sekitar tahun 2011, itupun bukan kamera yang benar-benar baru, sebuah kamera digital Kodak dengan resolusi maksimal 10 megapixel eks-display yang didapat di sebuah pusat perbelanjaan ritel. Harganya sekitar Rp. 1.200.000,- kalau tidak salah, steal deal karena harga baru kamera ini beberapa kali lipat saat itu. Kamera lama, keluaran tahun 2007 kalau tidak salah juga. Kamera tersebut lebih banyak digunakan untuk dokumentasi pribadi dan menangkap beberapa gambar untuk diunggah di Instagram pada tahun-tahun kemudian walaupun jarang karena lebih memilih kamera handphone yang jauh lebih canggih. Kualitasnya memang tidak bagus, tapi cukup membuat saya senang karena punya alat untuk mendokumentasikan beberapa kali liburan dengan teman-teman, kemudian dengan pacar yang sekarang menjadi istri saya. Juga ketika mendokumentasikan betapa mengagumkannya perempuan hamil ketika istri saya mengandung Kinanti. Seiring dengan berkembangnya teknologi kamera handphone, saya lebih memilih untuk menggunakan kamera dari handphone beberapa tahun ini. Termasuk untuk kepentingan menulis blog dan media sosial. Terutama ketika akhir tahun 2012 lalu saya mendapatkan Lumia 900, handphone pertama saya dengan lensa Carl Zeiss yang lumayan bisa diandalkan. Saya bahkan membuat blog khusus yang isinya hasil foto dari Lumia 900 ini. Tahun 2014 lalu, istri saya mulai menggunakan Android, Asus Zenfone 2, karena…

View the article

Dapoer Pandan Wangi adalah sebuah resto yang menawarkan hidangan khas Sunda. Letaknya di Jalan Patuha, sekitar Jalan Talaga Bodas, Buah Batu. Beberapa waktu lalu saya dan keluarga menikmati makan malam di Pandan Wangi, dan ini adalah ulasan singkatnya. Seperti halnya sebuah tempat makan yang dilabeli resto, Pandan Wangi menawarkan layanan penuh, diantaranya tempat yang luas, bersih dan rapi. Suasana rumah sunda jaman baheula kentara sekali, nuansa kayu dengan hiasan taman hidup di dalam area restonya. Pengunjung yang hendak makan di sini disambut pelayan yang akan mengantarkan kita ke meja yang sudah disesuaikan dengan jumlah orang yang akan makan, kalau sedang tidak penuh, kalau penuh terpaksa harus waiting list. Ada dua jenis tempat makan yang mereka tawarkan, yang pertama adalah kursi dan meja makan sementara yang kedua adalah model lesehan. Karena mengingat rombongan kami berisi dua anak batita, saya lebih memilih kursi dan meja dengan tambahan baby chair agar anak-anak bisa duduk rapi tanpa “ngarewong” orang tuanya yang lagi makan. Malam itu kami memesan gurame bakar, yang akan dimakan rame-rame, kemudian jengkol dan terong crispy yang juga akan dinikmati rame-rame. Tambahannya ada gepuk, ayam goreng, dan sop buntut. Oh ya, sambel dan lalapan di sini harus dipesan terpisah ya. Menu di…

View the article

Sebetulnya bukan sebuah budaya Sunda juga makan di atas daun pisang, karena kebanyakan dari kami sehari-harinya memang makan di atas piring seperti biasa. Sepengetahuan saya makan di atas daun pisang itu menjadi kebiasaan para petani priangan yang sering nimbel (timbel, membungkus makanan dengan daun pisang). Nimbel ini gunanya agar nasi tetap hangat dan fresh ketika dibawa ke ladang atau ke sawah untuk makan siang. Di beberapa restoran masakan sunda juga banyak ditemui nasi yang dibungkus dengan daun pisang. Tapi tetap diberi piring sebagai alasnya. Di Alas Daun ini, seperti namanya, kita ditawarkan untuk makan dengan alas hanya daun pisang, tanpa piring. Jadi di atas meja, diberi daun pisang yang sudah dibakar sebentar (ini ada istilahnya tapi saya lupa), kemudian nasi dan lauknya disimpan di atas daun tadi, alas daun. Akhir pekan lalu saya dan keluarga kembali ke Alas Daun untuk kesekian kalinya. Seperti biasa, setelah ditunjukan meja dan mendapat nomor meja, kami diarahkan untuk menuju meja berisi beragam pilihan menu yang bisa kita pilih. Ragam sajian itu kemudian dimasak, kalau belum matang, atau cukup dipanaskan untuk hidangan yang sudah matang. Ada macam-macam ikan air tawar, daging ayam, cumi, udang, yang bisa dibakar maupun digoreng. Ada juga gepuk, babat, dan beberapa…

View the article

Kkuldak adalah salah satu franchise penjual snack ala Korea yang biasanya akan banyak kita temui di mall. Jualannya adalah kudapan berupa potongan ayam kecil-kecil yang dibalut tepung, digoreng sehingga menjadi kering dan renyah. Potongan-potongan ayam tadi kemudian dimasak kembali dengan saus madu, nah saus madu andalan mereka adalah saus ganjang yang terasa seperti bumbu rujak ini. Saat penyajian, mereka menambahkan ttaekpokki dan nugget kentang. Panganan tadi disajikan dalam sebuah cup kertas, dimakan dengan tusukan kayu (seperti tusuk sate). Saus ganjang ini rasanya manis, asam dan pedas. Menambahkan rasa dan aroma yang segar kepada sajian ayamnya yang gurih dan renyah. Selain saus ganjang, ditawarkan juga saus madu yang manis dan gurih, serta saus madu pedas yang tentu saja pedas. Satu porsi ukuran medium boleh ditebus dengan harga Rp. 45.000,- cukup untuk 2 orang. Berikut video kesan kami saat mencoba Kkuldak dengan saus ganjangnya:

View the article

Pada awalnya saya tidak dapat membedakan antara so’un (sohun) dan bihun, keduanya berwarna putih bening, tapi ternyata ada perbedaan mendasar dari kedua jenis mie tersebut. Bihun ternyata terbuat dari tepung beras sementara so’un terbuat dari pati umbi-umbian. So’un juga biasanya sedikit lebih besar, selain teksturnya yang lebih kenyal dan licin. Nah, di Bakso So’un dan Mie Ayam Lodaya ini yang disajikan adalah so’un tadi, tentu, saja sesuai namanya. Kunjungan pertama saya adalah beberapa tahun lalu ketika bakso ini masih berjualan di Lodaya, Buahbatu, itulah kenapa namanya Bakso So’un & Mie Ayam Lodaya meskipun saat ini terletak di Jalan Veteran. Kedai bakso yang buka dari hari Selasa sampai dengan hari Minggu setiap pukul sebelas siang sampai pukul sembilan malam ini semakin ramai didatangi pengunjung, seringkali saya harus masuk waiting list kalau berkunjung ke sini. Tidak lama, karena meja dan kursinya juga banyak. Penyajiannya juga cepat karena pegawainya banyak. Satu porsi bakso so’un urat dan daging berisi mie so’un (yang tidak terlalu banyak), dua butir bakso urat, dua butir bakso halus, potongan tahu goreng, dan tetelan (daging sapi). Kalau mau sayur (sawi), harus memesan sayuran secara terpisah karena secara default tidak ada sayurnya. Pun begitu dengan pangsit goreng yang biasanya sudah termasuk…

View the article

Kupat tahu adalah hidangan khas Sunda yang biasanya terdiri atas potongan kupat beras dan tahu yang sudah digoreng. Ada beberapa jenis kupat tahu yang sering saya temui di Bandung, selain khas Singaparna yang menggunakan kuah kacang, ada juga kupat tahu petis yang menggunakan kuah dari bahan dasar petis. Petis sendiri adalah warisan kuliner nusantara yang ada sejak dulu. Petis dibuat dari bahan dasar udang yang pada proses akhirnya dicampur dengan karamel gula aren. Itulah kenapa rasanya gurih dan sedikit manis, dengan tampilan khas warna hitam. Siang tadi saya mengunjungi Kupat Tahu Petis & Sayur Pak Haji di Jalan Halimun atau Jalan Putri. Saat ini, usaha yang dimulai sejak tahun 1921 ini dikelola oleh generasi ketiganya. Satu porsi kupat tahu petis berisi potongan-potongan kupat, potongan-potongan tahu goreng, irisan mentimun, tauge (kecambah), dan remah kerupuk kuning. Kesemuanya disiram kuah petis yang diulek manual berdasarkan pesanan, inilah kenapa harus sedikit bersabar menanti pesanan, apalagi kalau sedang banyak pengunjung. Kupat tahu sayur juga berisi sama, hanya saja kuah petisnya diganti menjadi kuah sayur yang sudah disiapkan sebelumnya, rasanya seperti kuah kaldu. Keduanya gurih, hanya saja yang petis terasa lebih manis. Saya suka kupatnya yang lembut dan padat. Kuah petisnya juga enak, tidak ada kandungan…

View the article

Yang sering main sampai larut malam di daerah Bandung kota atau Bandung bagian atas setidaknya pernah mendengar warung kopi (warkop) Gembul di Ciumbuleuit ini. Gembul, atau Gemboel, awalnya hanya menjual kopi dan Indomie tapi sekarang sudah banyak ragam sajian yang ditawarkan meski konsepnya tidak berubah: warkop. Sore tadi sepulang kerja, kami titip Kinanti di neneknya. Tujuannya, mengulang masa pacaran: makan sore di Gembul. Dulu ketika pertama kali datang, hanya ada dua atau tiga kursi panjang. Lapaknya memanfaatkan lahan kosong di sebelah bangunan yang sekarang malah jadi tempat berjualannya. Saya diajak teman yang kuliah di Unpar saat itu (Sipil 2002), kalau tidak salah menjelang tengah malam. Selain Indomie dan kopi (kopi sachet), Gembul juga menjual nasi kuning. Nasi kuningnya yang saya suka, dan membuat saya sering berkunjung. Selain dekat dengan kampus Unpar, salah satu alasan kenapa warkop ini populer adalah karena buka 24 jam. Jadi selain saat jam makan, Gembul juga pasti ramai selepas tengah malam. Sebetulnya hanya dua alasan tadi yang membuat warkop inj ramai, karena tidak ada sajian istimewa. Saat ini, selain tempatnya yang bertambah luas, Gembul juga menyajikan lebih banyak lauk tambahan untuk nasi kuningnya. Porsi standar nasi kuning di sini disajikan dengan telur dadar iris, mustafa (kentang…

View the article

Makanan dengan bahan dasar ikan olahan selalu menarik minat saya, saya suka siomay, batagor, dan pempek. Ada satu penjual pempek yang sering saya datangi, namanya Pempek 10 Ulu Pak Anang. Pempek 10 Ulu Pak Anang ini terletak sebelum pertigaan anatara Jalan Veteran dengan Jalan Sunda, Jalan Veteran ini satu arah, penjual pempek ini ada di sebelah kiri jalan. Tepatnya setelah showroom Nissan Veteran. Tempatnya tidak telalu besar, memanjang ke belakang. Meja dan kursinya juga tidak seperti resto, tidak ada penyejuk ruangan. Siap-siap untuk suasana seperti itu ketika berkunjung, yang menurut saya tidak mengurangi keinginan untuk kembali lagi ke sini. Salah satu alasan kenapa saya suka makan pempek di sini adalah karena cuko (cuka) yang mirip dengan sajian pempek yang saya temui ketika saya berkunjung ke Palembang, tempat asal sajian pempek. Cukanya agak keruh dan kental, ada aroma ebi yang bisa tercium dan ketika dicoba memang terasa ada campuran ebi di sana. Selain cukanya, saya juga suka pempeknya yang lembut dan terasa sekali kandungan ikannya. Pempeknya padat berisi, tapi tidak keras. Kulit luarnya juga tidak terlalu kering, pengalaman bertahun-tahun menggoreng sepertinya menghasilkan takaran tingkat kekeringan pempek di sini. Saya selalu pesan Lenggang, suka sekali dengan sajian Lenggang di Pempek 10 Ulu…

View the article
@